Rabu, 25 Januari 2012

Dua Lima dan Ultimatum Mama

 Gambar diambil dari sini

Sumpah gue benci banget sama angka 25, angka yang bikin gue cenat-cenut gara-gara mama mulai membombardir dengan perintah-perintah supaya gue cepat merenda kehidupan berumah tangga, halaaah…

Sejujurnya gue bukan enggak mau menikah tapi sampai saat ini gue belum menemukan sosok yang klik untuk gue jadiin the one and only. Bukan persoalan fisik, buat gue itu urutan terakhir andai harus dibuat list laki-laki seperti apa yang mau dijadiin pendamping hidup.

Gue cuma pengen laki-laki yang bisa nemenin gue hujan-hujanan meski tak ada pelangi yang bisa kami nikmati setelah hujannya usai. Laki-laki yang ngebolehin gue pakai high heels

Cinta Rama dan Shinta

 Gambar diambil dari sini
 
 
Guess, apa yang mama katakan tadi malam padaku?

“Selasa Arya dan keluarganya akan datang melamarmu”
whoaaaa… apa-apaan ini?! Kenapa secepat ini?! Aku bahkan belum mengenal sosok Arya sebelumnya. Setidaknya aku ingin mengetahui terlebih dulu seperti apa sosok yang akan menjadi the one and only dalam hidupku nantinya.

Mama memang pernah bercerita tentang Arya tapi sungguh semua yang mama ceritakan sedikitpun tidak bisa membuatku tertarik kepadanya. Sejujurnya mungkin karena hatiku sudah dipenuhi oleh sosok yang lain. Rama namanya, dia kakak kelasku waktu SMA. Hampir semua siswi disekolahku mengidolakannya termasuk aku salah satunya. Tragisnya yang kami idolakan seperti freezer, hatinya beku tak pernah sekalipun kulihat dia asyik bercengkrama dengan salah satu fansnya.

Satu-satunya hal tergila yang pernah ku lakukan adalah

Ratapan Perempuan Single

 Gambar diambil dari sini

Mamingan ma cpa hon?

Sender:
+62856835xxx

Seperti dimalam-malam minggu sebelumnya, Nisa close friendku selalu rajin mengecek kepastian aku sedang mamingan sama siapa. Nisa pula lah orang yang paling mengkhawatirkan status kejombloan aku yang katanya sudah sampai di stadium lanjut. Hahaha… Padahal dia tahu banget nggak ada waktu mamingan discheduleku. Bahkan dulu ketika aku berada pada tahap ‘in relationship’ tak pernah ada yang namanya maming-mamingan. Maklum status in relationship kami terikat prinsip (ehm, you know what).

Lagipula status in relationship kami waktu itu tidak berlangsung lama. Sedih? Ya iya lah. Itu status in relationshipku yang pertama. Jujur, aku tidak pernah membuka diriku, bukan apa-apa aku selalu merasa... merasa gimana yah susah deh dijelasinnya. Makanya pas dia mengajukan diri, aku merasa gimaaanaaa getooh, hahaha… Maklumlah dia termasuk high quality masuk kandidat prince charming kategori ikhwan aktivis dan ikhwan akademis. Bohong aja kalau aku bilang nggak tertarik :p

Tapiiii,

Bukan Ramalan

 Gambar diambil dari sini

Serat Katalida yang ditulis oleh Ronggo Warsito begitu menarik bagi saya. Merupakan sebuah refleksi dari seorang filosof yang begitu fasih menginsyafi tanda-tanda alam dan dinamika sosial yang jelas-jelas terejawantah sebagai ayat-ayat kauniyah dimuka bumi. Itulah mengapa syair ini tetap ‘mengena’ sampai jauh dari zamannya hingga saat ini. Maka tidak aneh jika ada orang mempercayai syair ini sebagai ramalan.

Terlepas dari orang-orang yang meyakini bahwa syair ini merupakan ramalan, syair ini tentunya merupakan kepekaan si penulis terhadap apa yang terjadi pada saat itu yang ternyata juga merupakan fenomena sosial yang terjadi saat ini. Dimana sebenarnya kita telah kehilangan kedaulatan dan kemandirian dalam mengatur diri sendiri. Kedaulatan yang dihancurkan oleh kemiskinan hati, kebobrokan moral, dan syahwat kekuasaan belaka. Sehingga
realitas kehidupan kita (meminjam istilahnya Tommy F. Awuy) menjadi tak lebih sebagai permainan gairah semata.

Mengintip, Bolehkah?

Gambar diambil dari sini


Masih dihari yang sama dikamar 167 tempatku menginap, aku dan ketiga ibu yang koor menangis waktu melihat berita tentang Marcel. Kembali dikejutkan oleh berita yang disuguhkan oleh salah satu channel tv. Penari streaptease, berita yang diangkat waktu itu.

Yang membuat kami terkejut adalah penyajian berita tersebut yang ‘terlalu’ mengekspose penari tersebut dari apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana sepak terjang mereka juga menshoot langsung adegan si Penari ketika hendak menanggalkan baju yang dikenakannya satu-persatu, dan menampilkan siluet tariannya yang aduhai.


Tidak sadarkah awak media bahwa mereka menampilkan hal yang tidak mengindahkan etika? Padahal khalayak belajar secara sosial dari media.

Menjaga Perasaan


Gambar diambil dari sini

Waktu SMA dulu kebetulan jarak dari rumah ke sekolahku lumayan jauh sekitar satu jam perjalanan darat. Sekolahku berada dipusat kota Rangkasbitung. Merupakan sekolah negeri favorit di kotaku, SMU Negeri 1 Rangkasbitung atau dengan bangga kami menyebutnya SMUNSA. Disitulah berkumpul siswa-siswa terbaik dari semua sekolah yang berada diwilayah kabupaten Lebak. Dan salahsatunya adalah aku :blushing: :P

Balik lagi keurusan jauhnya sekolahku dari rumah. Karena faktor jauh itulah aku mau tidak mau harus ngekost. Aku sih mau aja soalnya kalau pulang pergi tiap hari pastinya kewalahan banget. Bukan cuma jauhnya yang jadi masalah tapi jalan dari Rangkasbitung ke Cipanas tempatku tinggal sangat tidak bersahabat waktu itu.

Kebetulan kostanku hanya sepelemparan batu letaknya dari sekolah. Sengaja aku memilih tinggal disitu demi penghematan pengeluaran jadi ke sekolah tinggal jalan kaki and pastinya gak bakal telat masuk, soalnya aku tahu kapan tepatnya gerbang sekolah di tutup. Hahaiii…

Mengapa Harus Bahu

 Gambar diambil dari sini

Waktu aku masih ABG dulu sempet gak ngeh setiap kali ada temenku yang lagi down terus bilang “pinjam bahumu dong”. Aku pikir ‘sekedar’ pinjam dan tidak ada efek apapun dari kegiatan pinjam-meminjam bahu ini.

Suatu hari, seperti biasa aku nongkrong di perpustakaan sekolah. Bukan rajin sih apalagi kutu buku, cuma perpus tuh tempat yang paling aman buat kantongku yang super dupper tipis. Itu kenapa aku selalu betah berlama-lama di perpus, mempertahankan isi kantong yang tidak seberapa. Hahahaha… Aku ambil sebuah buku, jangan tanya judulnya apa, sudah lupa tuh! :p

kira-kira isinya seperti ini,

Bukan Cuma Mimpi

Gambar diambil dari sini

Setiap orang harus punya mimpi yang akan diwujudkan. Jangan pernah takut bermimpi tentang sesuatu yang besar, karena nggak ada yang nggak mungkin selama kita mengusahakannya dengan pantas.

Angan-angan, mimpi, cita-cita, keinginan, atau apapun kita menyebutnya adalah passion untuk menjalani hari dengan sebaik mungkin.

Saat kita bermimpi untuk menjadi seorang ilmuwan kelas dunia misalnya, hari-hari kita pastinya akan dipenuhi dengan pengamatan, penelitian, percobaan, dan mengeksplorasi ilmu segila mungkin. Disitulah kita menemukan minat, let say… hobby.

Mimpi kita ada, juga karena kita merasa punya kemampuan disana. Wait….

Kontes Bebal, Kontes Kecantikan



Menang tak terpandang, Kalah tak terhormat. harusnya hal ini disadari betul oleh setiap perempuan apalagi yang mengaku muslimah jika masih ada yang tertarik untuk mengikuti kontes-kontes kecantikan. Karena kontes kecantikan atau apapun hal sejenisnya sebenarnya merupakan salah satu eksploitasi kapitalisme global terhadap perempuan. Sebuah perangkap kapitalisasi dengan menjebak para perempuan dalam eksploitasi. Tubuh perempuan dijadikan komoditas guna melanggengkan perputaran ekonomi kapitalis. dengan berdalih sebagai kebebasan berekspresi, perempuan didorong untuk menanggalkan rasa malunya. Didoktrin untuk menghargai tubuhnya secara fisik an sich, bahkan sebatas nilai mata uang.

Kini tak sedikit muslimah yang terjebak dalam fenomena ini, tanpa sadar telah menjadi bagian dari eksploitasi. Disibukkan untuk hanya memikirkan penampilan lahiriah dan mengabaikan aspek-aspek ruhiyah.