Rabu, 25 Januari 2012

Bukan Ramalan

 Gambar diambil dari sini

Serat Katalida yang ditulis oleh Ronggo Warsito begitu menarik bagi saya. Merupakan sebuah refleksi dari seorang filosof yang begitu fasih menginsyafi tanda-tanda alam dan dinamika sosial yang jelas-jelas terejawantah sebagai ayat-ayat kauniyah dimuka bumi. Itulah mengapa syair ini tetap ‘mengena’ sampai jauh dari zamannya hingga saat ini. Maka tidak aneh jika ada orang mempercayai syair ini sebagai ramalan.

Terlepas dari orang-orang yang meyakini bahwa syair ini merupakan ramalan, syair ini tentunya merupakan kepekaan si penulis terhadap apa yang terjadi pada saat itu yang ternyata juga merupakan fenomena sosial yang terjadi saat ini. Dimana sebenarnya kita telah kehilangan kedaulatan dan kemandirian dalam mengatur diri sendiri. Kedaulatan yang dihancurkan oleh kemiskinan hati, kebobrokan moral, dan syahwat kekuasaan belaka. Sehingga
realitas kehidupan kita (meminjam istilahnya Tommy F. Awuy) menjadi tak lebih sebagai permainan gairah semata.


Inilah beberapa bait yang menurut saya begitu lekat dengan apa yang terjadi saat ini.

Manungsa padha seneng salah,
Ora ngendahake hukum Allah,

Barang jahat diangkat-angkat,
Barang suci dibenci,

Akeh manungsa ngutamake dhuwit,
Lali kamanungsan
Lali kabecikan
Lali sanak
Lali kadang

Akeh bapak lali anak
Akeh anak wani nglawan Ibu,
nantang Bapa.

Sedulur padha cidra, Kanca dadi musuh.
Akeh manungsa lali asale


*Kebanyakan manusia senang berbuat salah
Tidak mengindahkan hukum Allah

Kejahatan dijunjung tinggi
Kesucian dijauhi

Banyak manusia mengutamakan materi
Lupa kemanusiaan
Lupa kebajikan
Lupa sanak saudara


Banyak bapak melupakan anak
Anak berani melawan ibu bapak


Antar saudara saling berkhianat, teman dijadikan musuh
Dan banyak manusia yang lupa diri


Ukuman ratu ora adil
Akeh kelakuan sing ganjill

Wong apik-apik padha kepencil
Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin
Luwih utama ngapusi
Wegah nyambut gawe, kepengen urip mewah


Ngumbar nafsu angkara murka, Nggedhe’ake duraka

Wong bener-bener thenger-thenger,
Wong salah bungah


Wong apik ditampik-tampik,
Wong jahat munggah pangkat

Wong agung kasinggung,
Wong ala kapuja

Wong wadon ilang kawirangane
Wong lanang ilang kaprawiran

*Pemimpin berlaku tidak adil
Banyak perilaku yang ganjil

Orang baik justru tersisih
Banyak orang yang kerja halal justru malu
Banyak kebohongan
Banyak orang malas bekerja, namun ingin hidup mewah

Mengumbar nafsu angkara murka, membesarkan durhaka

Orang yang benar termangu-mangu
Sementara orang yang salah justru gembira ria

Orang baik ditolak
Orang jahat justru naik pangkat

Yang mulia dilecehkan
Yang jelek dipuja-puja

Perempuan sudah tidak tahu malu
Lelaki sudah tidak punya wibawa

Melihat hal ini seharusnya bangsa kita mulai membangun kembali ruang bagi penajaman spiritual menuju proses kesadaran religius yang mencerahkan kembali fitrah manusia yang (sebenarnya) mencintai kebenaran

Merupakan hal yang
memalukan jika kita yang suka mengaku-ngaku manusia modern benar-benar tidak berkaca pada kearifan lokal yang telah terbaca oleh Ronggo Warsito itu.

4 komentar:

  1. seperti lagu iwan fals ya, dia menyebutkan syair ronggo warsito disalah satu lagunya,

    hmm...saya gak pernah tahu siapa dia sebenarnya, tapi baca disini jadi tahu, thanks infonya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih udah mau baca yang ini, bang :)

      Hapus
    2. lho emang kenapa, gak bahaya kan ???

      Hapus
    3. ya emang enggak, cuman pan ini udah lama banget niiiy dipostingnya :D

      Hapus